Saturday, June 27, 2009

#1107

Angka keberuntungan? Mungkin. Angka yang merupakan awal dari semua cerita Cerita perjumpaan Cerita percintaan Cerita perjuangan Cerita kepedihan ....dan akhirnya Cerita kebahgiaan. Solo, 31 Desember 2003

Tuesday, June 23, 2009

akhirnya....

Akhirnya tumbang juga. Setelah setengah tahun ini sukses tidak sakit, paling cuma capek capek. Hari ini aku kena flu juga. Pusing menggelayut di pangkal hidungku. Artinya hidup sudah tidak seimbang. Waktunya istirahat lebih banyak.

Friday, June 19, 2009

Lanjutan: Tubuh Manusia

Hari ini dapat pelajaran tentang 'tubuh manusia'. Kekecewaanku sudah sedikit terobati. Selalu begitu. Kecewa dan amarah hanya lewat. Seolah ini hanya kabut pagi hari, sedangkan aku sedang menuju ke sebuah taman yang indah. Ah, begitu emosionalnya diriku.
Tubuh manusia yang terdiri dari berbagai macam sebutan., mau tak mau memang terdiri dari bagian yang penting dan tak penting. Ketika kaki tertembak, tentu beda akibatnya jika jantung yang tertembak.
Kejernihan fikir membuatku bisa memahami arti penting dan tidak penting bagi mereka. Bukan secara ekstrim. Cukup dipandang dengan positive dan itu membuat hati terasa ringan.
Yang terpenting adalah menjadi berarti dan berperan. Tak perlu menjadi orang yang penting, yang ketika tertembak akan matilah semua sendi. Yang penting adalah melaksanakan apapun tugas dengan baik dan ikhlas.
Mungkin akan lebih tepat begini: seperti potongan-potongan puzzle, ketika satu potongan hilang, gambar tidak akan sempurna. Aku ingin seperti itu. Aku bukan yang penting, tapi ketika aku tidak ada, gambar itu tidak sempurna.
Pic diambil dari Wikipedia

Thursday, June 18, 2009

Lanjutkan*

Hari ini dapat kartu nama baru. Dibuatkan khusus dari head office. Harusnya aku senang menerimanya ya. Tapi hari ini rasa begitu hampa. Kering. Dingin. Datar.
Penyebabnya?
Mungkin masih capai kemarin visit Solo begitu menyita energi. Apa artinya sebuah jabatan, jika banyak hal terenggut? Mentalku sepertinya tidak cocok dengan sebuah jabatan. Aku ingin keseimbangan dalam hidup ini, bukan tingkat stress yang tinggi. Ingin rasanya kembali ke saat-saat aku punya waktu banyak untuk teman, untuk keluarga, untuk menikmati hidup ini. Dan bukan waktu yang sepenuhnya untuk pekerjaan. Pulang dari kantor jidat masih berkerut. Tapi sekarang sudah kepalang basah. Tanggung. Mau mundur tidak bisa, yang bisa hanya maju terus. Maju terus harus sepenuh hati dan berusaha terus supaya tidak jadi konyol. *Pinjam kata Pak SBY : Lanjutkan!

Tubuh Manusia

Sebuah analogi yang akhir-akhir ini kupikirkan dalam-dalam. Kuresapi dan berharap bisa kusampaikan kepada orang-orang di sekitarku tanpa maksud menggurui. Tapi bagaimana caranya ya? Mereka lebih pintar, lebih berpengalaman, lebih tinggi pendidikan. Aku ini siapa sih?
Tubuh manusia yang kelihatan kasat mata ini ada mata, tangan, mulut, kaki, perut...Jika perutku lapar, maka perutku akan mengirim pesan ke otak, dan otak akan perintahkan tangan untuk mengambil makanan. Makanan akan masuk ke perut lewat mulut. Pernahkah melihat perut jalan-jalan sendiri mencari makanan?
Begitulah juga sebuah perusahaan. Semua bagian sama pentingnya. Tidak ada yang tidak penting. Bahkan seorang OB-pun sama pentingnya dengan direktur.
Bagaimana jika satu bagian merasa menjadi lebih penting?
Sebuah analogi lagi.
Di sebuah rumah makan, koki tidak terlihat oleh pelanggan. Kerjanya di belakang. Bahan-bahan masakan sudah tersedia, semua bermutu tinggi. Bahan masakan akan tetap berupa bahan masakan kalau tidak di masak. Telur mentah tidak akan jadi telor ceplok kalau tidak di masak.
Jadi apakah masih perlu merasa menjadi lebih penting?

Disappointed

Yup!! Hari ini, ku kecewa. Tepatnya sebenarnya 2 hari yang lalu. Tapi aku tak tahu bagaimana kecewaku ini mengobatinya. Tapi aku nggak ingin kecewa ini meresap ke tulang-tulangku hingga mematahkan apa yang selama ini kuyakini. Kecewa. Hanya satu kata itu memang yang memenuhi rongga otak dan dadaku. Kecewa yang akibatkan penyesalan. Penyesalan yang pastinya tiada akan mengembalikan waktu ke hari kemarin, hingga aku bisa mengubah keputusanku, hingga tak menyesal hari ini. Kemudian kusempatkan berpikir di ruanganku yang terasa makin sempit, karena tambah penghuni. Mungkin aku yang terlalu berharap, mungkin aku terlalu percaya dengan sebuah harapan, dan mungkin mungkin yang lain. Hufff..

Sunday, June 14, 2009

Melihat Gajah

Ada 5 orang buta berbicara masalah gajah, dan kelima orang buta itu merasa lebih pintar dan lebih tahu dari pada temannya yang lain tentang seekor gajah, karena mereka sama-sama pernah punya pengalaman memegang seekor gajah di kebun binatang.
Orang buta pertama bicara bahwa gajah itu seperti ular , karena dia meraba gajah dan memegang di bagian belalainya.
Orang buta kedua berbicara bahwa gajah itu seperti kipas karena pada waktu meraba gajah dia pegang kupingnya.
Orang buta ketiga bicara berbicara lantang bahwa pendapat mereka berdua itu adalah keliru besar, gajah itu bukan seperti ular, atau kipas, tetapi gajah itu seperti tombak yang melengkung karena pada waktu meraba dia pegang gadingnya.
Sambil tertawa mencemooh orang buta keempat dengan menepuk dada bicara bahwa gajah itu seperti tiang rumah karena, waktu meraba gajah dia pegang kakinya.
Orang buta kelima tertawa terbahak-bahak mendengar kebodohan keempat temannya itu. Ia mengatakan bahwa gajah itu bukan seperti apa yang mereka katakan, tetapi menurut dia gajah itu seperti cemeti , karena pada saat memegang gajah dia dapat ekornya.
Menurut Anda, apakah gajah itu seperti apa yang mereka pikirkan ??!!!Pelajaran yang didapat dari hal ini :
Orang yang berpandangan sempit adalah seperti orang buta yang memegang gajah tadi, tidak bisa berfikir luas dan menyeluruh, tetapi sepotong-sepotong. Merasa lebih pintar dan lebih hebat dari yang lain. Akhirnya dia tidak bicara tentang sebuah kebenaran tetapi justru berbicara tentang kebodohannya sendiri dan hasilnya adalah sebuah kesalahan mutlak.
Tetapi orang yang berpikir maju dan luas adalah berani menyatukan potongan-potongan pemikiran dari berbagai pihak, sehingga menjadi sebuah gambaran yang utuh.. apakah dari atasan, dari teman atau dari tukang sapu sekalipun..dan hasilnya adalah sebuah keputusan yang tepat, disaat yang tepat dari orang yang tepat...
Selamat menyatukan potongan-potongan..
*source: milis di internet, pic dari internet

Friday, June 12, 2009

Hitam Putih

Kata orang hitam putih, gelap terang, siang malam tak bisa disatukan. Mereka adalah dua sisi yang berlawanan. Aku bilang, mengapa tidak? Mengapa harus terpaku dengan dogma yang dibakukan oleh manusia? Lunakkan hati dan buka pikiran akan memperkaya diri. Lihatlah banyak hal sudah disatukan. Hitam putih menyatu menjadi abu-abu. Gelap dan terang menjadi temaram. Siang dan malam bersenyawa menjadi senja yang indah. Lantas untuk apa dipermasalahkan, kalau inti dari tujuan hidup sudah tercapai dengan mengabaikan hitam dan putih, gelap dan terang, siang dan malam? Siapapun bisa menjadi abu-abu, bisa menjadi temaram, bisa menjadi senja. Bisa saja setiap orang membela diri dengan mengatakan hitam dan hitam tetaplah hitam, gelap dan gelap tetaplah gelap, malam dan malam tetap menjadi malam. Tak ada sesuatu yang baru, tak menarik sedikitpun. Satu kata yang muncul di benak adalah serasi. Apakah jaminan bahagia? Belum pasti. Justify? Tentu, karena sering disudutkan dengan hitam putih. Yang seharusnya menjadi urusan vertikal, menjadi pembicaraan dan prasyarat duniawi. Untuk apapun yang sudah diyakini, terus berjuang. Patahkan keyakinan orang lain, kalau itu menyangkut hidupmu. Kalau dirimu tak bahagia karena keliru melangkah, akankah dia yang akan menanggungnya?

Menjemput Kekasih

Memecah indahnya dunia mimpi Menembus kegelapan pagi Ku menyusuri jalan yang terhampar bak karpet merah selebrity Menjemput pemecah rinduku Duduk sendiri menanti Penjaja bakpia masih menawarkan dagangannya Perempuan setengah baya yang perkasa Kerasnya kehidupan yang dia jalani Bukankah jam segini semestinya dia ada di peraduan Waktu bergulir lelah menunggu Tempat ini memang hidup dua puluh empat jam Pengumuman berkumandang Ahaa...dia sudah datang Senyumnya terkembang Kucium tangan dan pipinya Hilang semua kepenatan hati.

Sunday, June 7, 2009

Satu Jam Saja

Baru kali ini aku nonton film di bioskop boringnya minta ampun. Filmnya bagus, penuh edukasi. Tapi entah kenapa, setelah 10 menit film diputar kog menguap terus. Mungkin kekenyangan habis kondangan di Grha Shaba. Ternyata teman di sampingku juga dilanda rasa yang sama. Akhirnya baru 1 jam film diputar kita ngeloyor keluar. Begitu sampai di luar kantukku hilang.
Aneh.

Friday, June 5, 2009

Sambungan: Mimpi yang Tak Pantas

Impianku bukan tentang seorang janda atau seorang pemuda. Itu hanya kiasan semata. Mungkin rasanya seperti itu. Impianku yang sebenarnya adalah masa depan yang lebih baik. Kualitas hidup lebih baik. Pekerjaan yang makin kucintai. Semua impianku sudah di depan mata, ada kesempatan terbuka lebar. Aku harus meraihnya dengan segenap usaha. Perjuangan sudah setengah jalan. Harus dituntaskan. Impianku...tunggulah aku..jangan lari lagi..

Nasi Campur Hari Ini

Hari ini dapat relasi baru. Yang akan membimbing aku. Tadi siang aku ketemu beliau di KPP Pratama Sleman. Ketemu sama teman fitnessku dulu juga yang kerja di instansi pemerintah itu. Belajar memang tak pernah mengenal kata selesai. Setiap saat, setiap hari dan dimanapun adalah kesempatan untuk belajar. Sedang sebel dengan seorang kawan di Jakarta. Janji semudah itu tak bisa ditepati, apalagi janji yang lebih besar. Hilang sudah respect aku sama dia. Cuma tinggal kirim lewat paket apa susahnya? Bukankah tempat kirim paket seabrek abrek. Kalau tidak sanggup, kenapa tidak bilang aja dari awal? Khan aku bisa cari alternatif lain. Minggu depan aku akan keluar dari rutinitasku sejenak. Semoga bisa mengembalikan semangatku yang sedang tak jelas ini. Ke kantor pusat di Jakarta, selama 4 hari. Lumayan. Bukan untuk senang-senang, tetap untuk urusan pekerjaan, tapi setidaknya aku keluar dari kebosanan ini. Apalagi teman-teman di sana sudah sangat ingin mengajakku bersenang-senang. Aku tak sabar menunggu minggu depan tiba.

Bersih bersih

Baru saja membersihkan blog ini dari tulisan-tulisan yang mungkin akan menyakitkan buat yang aku tuju. Cukup kusimpan di draft saja. Yang penting sudah tercurah, dan tak terhapus. Lama tak menulis di sini, rindu rasanya. Kemarin terlalu asyik dengan fb. Di sana baru hingar bingar, aku lagi ingin menyendiri di sini. Sendiri. Ya, aku sendirian minggu-minggu ini. Kunikmati dengan sepenuh hati. Kadang sepi menusuk nyeri. Artinya, aku merindukan seorang yang lagi nun jauh di sana. Aku ingin kembali menulis lagi...

Thursday, June 4, 2009

Mimpi yang Tak Pantas

Terlalu tinggi untuk diraih. Sayap kecilku tak akan mampu terbang setinggi itu. Pesimis? Bukan, hanya lebih realistis. Patah semangat? Sama sekali tidak. Impianku ibaratnya seperti seorang tante janda yang menginginkan pacar baru. Lelaki muda yang cerdas, ganteng dan mempesona. Yang akan mengikis segala kesepian. Tak ada risau, yang ada hanya hati yang berbunga-bunga. Impianku bagaikan seorang gadis yang merindukan ciuman hangat dari sang pujaan hati. Ketika pujaan hati sudah di depan mata, si dia tak kunjung mencium. Sang pangeran hanya tersenyum jenaka, menggoda. Tapi pandangan matanya menebarkan harapan yang menjanjikan kehangatan. Impianku bak seorang pemuda yang kurindu dalam dada. Aku tahu dia sayang padaku. Tapi aku harus berjuang untuk dapat menemuinya. Masih tak pantaskah impian untuk diraih? Kenapa tidak? Impian adalah harapan. Harapan adalah nadi kehidupan. Impianku..jangan pergi menjauh..mendekatlah..atau setidaknya tunggulah aku. Aku pasti menjumpaimu.

Wednesday, June 3, 2009

Lunglai

Hati baru lemah lunglai. Tersudut dengan tidak adil. Ingin membela diri tak ada gunanya. Aku ini siapa? Paling hanya ditertawaan. Sebuah sakit hati dulu. Sebuah sakit hati kemarin. Sebuah sakit hati hari ini. Masih saja aku menjadi pemaaf. Luar biasa hatiku seluas samudra. Menyisakan sebuah pertanyaan, apakah aku memaafkan karena terpaksa?Entahlah. Apa yang bisa kulakukan. Bersabar, menunggu keadaan menjadi lebih baik sembari berbenah diri. Mungkin ini saatnya introspeksi. Atau seharusnya dia yang harus mengkaji. Terlalu tinggi ekspektasi. Kecewa. Mencari pelampiasan atas kekeliruan diri. Mari kita duduk bersama. Berhadapan. Sejajar. Berbicara. Mengurai satu persatu apa yang menjadi pokok persoalan. Mengesampingkan apa yang tak perlu. Mengedepankan hati nurani. Mari bicara karena kita saling membutuhkan. Aku yakin kita masih saling membutuhkan. Jika salah satu dari kita sudah tidak butuh, artinya tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Selesai.
Yogyakarta, 28 Mei 2009