Thursday, June 26, 2008

Kerak Telor Khas Betawi

Tadi malam aku dan ulet bulu jalan-jalan ke Malioboro Mall. Unplaning sih, soalnya mendadak ada sesuatu yang mesti dibeli di mal tertua di Jogja itu. Agak males juga, ngebayangin ini musim libur pasti susah parkir. Apalagi raga ini capek berat seharian non stop meeting dari jam 10 mpe 5 sore. Dan benarlah apa yang kubayangkan itu. Tanda ‘maaf, parkir full’ sudah menghalangi jalan masuk parkir. Akhirnya kami terus aja, putar lagi lewat depan Melia Purosani ke jalan Mataram. Daripada muter-muter gak tentu dapat parkir juga, akhirnya ulet bulu memutuskan parkir di Jalan Mataram trus kami jalan kaki ke Malioboro. Jalan gang yang kami lalui, kata ulet bulu yang buat shooting ‘mengejar mas-mas’ Masak sih? Mirip juga kayaknya. Ah entahlah itu tak penting. Sampai di mal, aku segera bergegas menyelesaikan tugasku membeli sesuatu itu. Berhubung perut ini sudah ndangdutan. Setelah itu aku dan ulet bulu makan di Texas Chicken. Tadinya sih ingin makan di food point tapi tidak ada yang berkenan di hati. Masih ada waktu setengan jam sebelum mal tutup. Sayang kan udah jauh jalannya, harus di-polke sisan. Kebetulan emang ada yang mau dibeli. Beli buku gambar, binder dan tempat pensil untuk Kyla di gramed. Selesai sudah perburuan di mal malam itu. Badan juga udah pegal-pegal rindu spring bed. Menuju tempat parkir, kami ambil jalan yang berbeda dengan waktu berangkat tadi. Kami lewat gang yang lebih kecil lagi. Gang ini sebelah selatan persis mal. Tembusnya di jalan mataram di toko kaset Popeye. Nah ini dia..waktu kami berjalan (seperti biasa bergandengan tangan ^_^) sejauh 20m, ada penjual kerak telor di gang itu. Ulet bulu dulu pernah janji mau belikan aku kerak telor, sehubungan aku belum pernah makan makanan asli betawi itu (kasian banget ya..) Pak Ali Mansur nama penjualnya. Sudah cukup sepuh, tapi masih terlihat sehat. Usianya menurut KTP 73 tahun, tapi itu dimudain katanya..alasannya biar selisih umur dengan istrinya terlihat sedikit. Hahaha...cerdik juga Pak Ali. Ulet bulu pesan 2 biji. Lantas Pak Ali mulai membuatkan pesanan kami. Aku perhatikan cara Pak Ali membuat kerak telor ini. Unik ya. Wajannya dibalik tapi tak tumpah. Aku tanya sama Pak Ali, ini apa Pak? Sambil jariku nunjuk sesuatu di panci. Lantas Pak Ali menjelaskan dengan panjang lebar. Kerak telor bahan mentahnya adalah tepung beras yang sudah direndam dalam air selama 3 hari. Jadi biji beras sudah lemah, kalau dipanaskan dalam wajan akan menjadi bubur. Kemudian bumbu-bumbu khasnya ada 12 macam terdiri dari lada, udang ebi, daun jeruk purut dll di luar telor bebeknya. Kalau kulit bawang hanya sebagai garnish, optional aja. Tak pakai tak pengaruhi rasa. Sama Pak Ali kami dibuatkan 2 rasa, yang pakai telor 1 sama yang pakai telor 2. Jadi curiga nih, belum nanya harga. Ternyata larang tenanan...8rb sama 12rb. Hmmm...mungkin kami dipanggil kesitu untuk memberi rejeki pada Pak Ali. Pak Ali ini sebenarnya orang Jawa tulen, lahirnya aja di Klaten (halah podo karo aku!), trus kawin di Jogja, hidup lama di Betawi. Hidupnya ya dari jualan kerak telor. Dulu mangkalnya di bundaran HI, trus pindah ke Kebayoran. Pak Ali mau menikmati hari tua di Jogja. Dia bangga sekali berjualan kerak telor di Jogja yang notabene adalah makanan khas Betawi. Melihat sosok Pak Ali, menarik juga ya, orang Jawa yang nguri-nguri budaya Betawi. Orang Betawi asli aja belum tentu seperti itu. Tanpa pongah beriklan di mana-mana atau mengklaim dirinya melestarikan budaya, Pak Ali sudah melakukannya dengan baik. Waktu kami datang dan membeli kerak telornya, cara menerangkan dengan riang gembira seluk beluk dagangannya (tanpa ada rasa ketakutan aku akan membajak resep rahasianya) dan tentu saja keramahan yang tidak dibuat-buat, itu sudah merupakan asset pariwisata. Luar biasa. Sometimes mungkin kami akan panggil Pak Ali untuk sebuah acara...(*mikir-mikir mode : on)

No comments:

Post a Comment