Wednesday, October 29, 2008

Siapa kamu?

Sudah lama aku tidak pergi ke Gua Maria Napak tilas jalan salib.. Berdoa khusuk di depan gua.. Kadang sampai ada air mata.. Sendang Sriningsih Sendang Sono Gua Tritis Puh Sarang Terakhir yang kudatangi adalah Jatiningsih Aku kesana bersama dengan seorang teman yang akhirnya mengkhianatiku Ini bulan Oktober Seharusnya ini bulan yang tepat untuk pergi ke tempat-tempat itu Suara hati: Ahh...buat apa kau jauh-jauh sayang? Gereja yang dekat rumah saja jarang kau sambangi. ???????? Kamu ini siapa?

Monday, October 27, 2008

Gloomy Monday

Libur satu hari.. Tak cukup kiranya untuk menyusun tenaga untuk minggu ini Mungkin minggu kemarin terlalu berat Atau minggu-minggu yang akan datang yang akan lebih berat Belum sepertiga hari sudah penat Tengkukku berat Setiap kali minta disandarkan Susun semangat untuk bisa menebar senyuman kembali Ohh ya.. Aku butuh segelas cappucino untuk menghangatkan badan Dingin hari ini menyemarakkan mendung Ayo bekerja lagi..

Thursday, October 23, 2008

Aku tahu kamu Marah

Aku tahu kamu sedang marah. Mungkin bingung dengan keadaan. Atau sedang bertanya-tanya dalam hati 'ada apakah gerangan yang terjadi di sini?' Amarahmu tak bisa kau sembunyikan dalam senyum maupun sikapmu. Yang walau manis terasa kecut di mataku. Aku tahu, aku adalah bagian dari kemarahanmu. Tapi kamu tak cukup alasan untuk terang-terangan memusuhiku. Aku tahu kamu sedang mencari orang-orang yang berpihak padamu, yang sama-sama ingin menjadi 'bintang' di sini tapi tak cukup mampu. Aku tahu kamu cukup cerdas. Aku tahu kamu cekatan. Tapi banyak hal buruk ada di dirimu. Yang mana aku tak bisa membelamu lagi. Kamu suka bikin aturan sendiri yang menyamankan diri. Aturan baru demi kebaikan kamu lecehkan dan abaikan. Mulutmu ember. Mulutmu speaker bobrok. Mulutmu septi tank. Mulutmu kebun binatang. Cara berpakaianmu tak sesuai porsimu. Rambutmu lepek, seperti dua bulan tak dicuci. Bagaimana bisa aku membantumu seperti yang kamu inginkan. Kamu sendiri tidak berperilaku sebagaimana mstinya, yang mendukung orang yang akan membantumu. Semua aspek memberatkan dirimu. Mungkin kamu merasa dibutuhkan, sehingga menjadi manusia seperti ini. Padahal, apa susahnya mencari orang seperti kamu dengan behavior yang lebih baik? Sudahlah. Aku lelah memikirkan ini. Masih banyak yang lebih penting yang harus dipikirkan.

Monday, October 20, 2008

Sang Hujan

Aku datang banyak manusia bersorak sorai. Dengan tanah tandus di sana sini, memang selayaknya aku ditunggu-tunggu. Ah, manusia memang aneh. Kekeringan itu bukahkah mereka sendiri yang menciptakan? Andai hutan tak digunduli, tentulah aku bisa meresap ke bumi. Menghuni bumi yang dingin lebih nyaman, daripada mengalir semua ke sungai. Karena sungai sekarang banyak yang dangkal tak mampu menampung aliranku yang melimpah ruah. Kemana aku harus mengalir? Manusia terlalu kejam di mataku. Jika aku meresap ke bumi, aku bisa menjadi bersih, aku akan menyebar ke segala penjuru yang bisa kujangkau. Kelak jika musim kemarau tiba, aku bisa menyambung kehidupan, bukan cuma kehidupan manusia tetapi tanaman dan hewan. Aku turun ke bumi tergantung suasana hatiku. Kalau aku sedang bergembira, aku akan turun kecil-kecil. Manusia biasanya senang denganku yang begini. Manusia akan memandangiku dari balik jendela. Menatapku, seolah-olah bilang jangan berhenti. Seakan aku bisa membantu mempersatukan mimpi manusia dengan kenyataan. Dengan secangkir cappucino di tangannya, manusia merasa itulah moment terbaiknya. Manusia-manusia itu makin lama menatapku makin sendu saja wajahnya, menerawang menembus rintik-rintikku. Entah apa yang ada dibenak manusia-manusia itu, mungkin ingat kenangan-kenangan romantisnya atau kenangan buruk yang merobek hatinya. Sebaiknya aku berhenti saja, supaya manusia segera bisa kembali bekerja, tak terlena oleh kedatanganku. Ahh manusia memang ada-ada saja. Kalau aku sedang luar biasa gembira, aku akan turun dengan deras. Aku memang menyayangi manusia. Aku ingin mereka bisa hidup makmur, dengan menjamin irigasi sawahnya. Aku ingin kebun bunga tak kering layu karena terpaan sinar mentari yang garang. Jika bunga-bunga bermekaran pasti manusia akan senang memandangnya. Aku sangat menyayangi manusia. Walau kadang-kadang aku benci dengan sikap manusia yang memanfaatkan kedatanganku untuk alasan bermalas-malasan. Terlambat datang ke kantor karena aku datang saat mereka harus berangkat kerja. Atau bahkan tidak masuk kantor. Memanfaatkan aku untuk mengingkari janji yang sudah dibuat karena aku datang. Ahh lagi-lagi manusia.. Kalau aku sedang ngambek, aku akan buat manusia menerka-nerka aku. Aku bakal turun enggak ya? Manusia menyebut seperti itu mendung. Di situasi seperti itu, manusia ada yang risau. Takut acaranya batal, takut jemurannya tak kering. Ada juga yang harap-harap cemas, dalam hati ingin segera aku turun, supaya sumurnya tak kering lagi, supaya debu-debu yang beterbangan di udara ini kembali menyatu dengan bumi tempatnya berasal. Manusia selalu merindukan udara yang segar. Tapi aku sedang ngambek. Kuminta bantuan angin temanku untuk meniupku ke belahan bumi yang lain, di mana aku akan turun dengan senang hati. Jika aku sedang sangat marah, aku akan datang bagai tercurah dari langit. Tak lupa aku akan bawa teman-temanku. Ada cahaya kilat, suara guntur bergemuruh dan angin puting beliung yang akan meyempurnakan kemarahanku. Kalau sudah bagini, manusia akan ketakutan. Ahh kasian juga manusia kalau sudah ketakutan. Untuk menghibur mereka, aku akan mereda dan biasanya aku panggil kawanku yang cantik untuk memperlihatkan diri kepada manusia. Dialah pelangi. Manusia akan gembira melihat pelangi, karena manusia luput dari angkara murka air bah seperti pada jaman Nabi Nuh dulu. Sebenarnya aku marah juga biar manusia sadar, bahwa alam sudah tidak seimbang. Dulu, aku bisa beristirahat selama 6 bulan. Sekarang, kapan aku harus datang dan pergi seperti tidak ada skemanya. Manusia ohh manusia.. Akulah Sang Hujan

Sunday, October 19, 2008

Wajah di Rembulan

Aku tahu mengapa kau suka rembulan
Bila langit tak diselimuti awan
Rembulan jadi pusat perhatianmu
Bintang-bintang yang indahpun tak kau hiraukan
Aku tahu mengapa kau suka berlama-lama menatap rembulan
Ada wajahku di sana..
Wajah yang kau cari lebih dari satu dasawarsa
Wajah yang kau temukan saat hatimu kering kerontang
Bila kau sedang merinduku
Kau semakin asyik menatap bulatan di langit yang menawan itu
Kau sudah temukan kedamaian yang kau cari
Wajah di rembulan..

Cerita usang

Hari yang lalu ada hari baik dan ada hari buruk Hari baik adalah hentakan untuk menjadi lebih baik lagi Hari buruk hanyalah sepenggal.. Cerita usang Tak ada waktu untuk membaca kembali.. Cerita usang Hari depan terlalu indah untuk menengok.. Cerita usang Untuk semua cerita usang.. Selamat tinggal

Saturday, October 18, 2008

Memelihara kebahagiaan

Menjadi profesional itu relatif lebih mudah daripada menjadi setengah profesional dan setengah tidak profesional. Kejelian sangat dan amat diperlukan dalam melihat situasi dan kondisi bagaimana harus bersikap, saat yang profesional atau saat yang lebih santai. Apalagi kemampuan membaca wave atasan, amat perlu. Untuk meminimalisir kesalahan tentunya. Padahal aku suka pusing dan makan ati karenanya. Menjadi profesional itu salah satu syaratnya adalah menjadi cool. Tak peduli suasana hati sedang kacau amburadul tak karuan, tak boleh tampak di raut muka. Siapa sih yang suka melihat muka masam? Ada kiat-kiat 'ala aku' untuk mengatasinya. Bukan mengatasi sebetulnya, tapi lebih ke menghindari. Kiatnya yaitu menjaga hati agar tetap bahagia. Kebahagiaan dari dalam hati, mau nggak mau pasti terpancar ke raut wajah. Caranya? Balance. Balance antara kehidupan kerja, cinta, teman dan diri sendiri. Kerja terus tak baik, hanya berduaan terus juga tak baik apalagi jika hanya bersenang-senang terus dengan teman-teman juga tak baik. Sibuk berkutat dengan diri sendiri, rasanya kog ya tidak baik juga. Porsi masing-masing orang agar bisa bahagia aku yakin pasti beda-beda. Tapi ke-empatnya adalah siklus yang kait-mengkait. Aku menamainya 'Ring of Happiness' Bicara tentang diriku sendiri, porsi kerja menempati prosentase yang paling tinggi. Kenapa? Sehari waktuku yang 24 jam itu kuhabiskan lebih banyak untuk bekerja. Bukan hanya gaji yang setiap bulan aku terima, tetapi di sinilah aku terus belajar, mengasah otak agar tak tumpul (biarpun orang sudah sekolah tinggi tapi kalau tidak bekerja sama saja dengan pisau tajam yang tak pernah dipakai..tumpul, bahkan kalau pisaunya tak stainless bisa karatan malah), mengaktualisasikan diri, mendapatkan relasi dari berbagai instansi dan dari berbagai kota. Banyak kemudahan sering aku dapatkan jika aku membawa 'payung' ku. Dan aku bangga menjadi perempuan yang independent.
Gaji sebulan = Rp. *.000.000
Ilmu, relasi, kemudahan, kesempatan dan ketenangan = Priceless Dari income yang aku terima, aku akan bisa menjalankan porsi yang lainnya, bisa memanjakan diri (baca buku, berjam-jam on line, olah raga dan berkomunikasi dgn Tuhan), dan kumpul-kumpul dengan teman di cafe or di mana saja kegiatan yang melibatkan teman-teman. Hasil yang kudapatkan, badan dan pikiran serasa habis di full charge. Kerja jadi semangat lagi. ***hahh..bosku tau nggak ya, bahwa badan segar, wajah sumringah dan semangat tinggiku di kantor itu berbiaya relatif tinggi?
A cup of Hot Cappucino = Rp. 20.000 Laughing with friends = Priceless Kalau porsi love ? Sepertinya ini porsi yang fleksibel. Kadang tinggi, kadang rendah. Kualitas yang penting. I have perfect love life. Tempat di mana aku menemukan kedamaian hati. Tempat kutumpahkan bahagia, sedih dan segala rasa. Tempat di mana aku mendapat semangat yang paling tinggi. Tempat aku mengekspresikan semua ketololan tanpa takut apapun. Tempat dimana aku selalu merindu. Tempat aku mencurahkan semua cinta yang kupunya.
Tiket nonton berdua di studio 21 = Rp. 25.000 Kebersamaan dengannya = Priceless
Begitulah caraku memelihara agar aku senantiasa bahagia.

Wednesday, October 15, 2008

Lagi-lagi tentang antri..

Akhirnya dapat tiket juga. Setelah 3 kali datang ke studio 21 gagal terus kehabisan tiket. Sudah mupeng nonton Laskar Pelangi. Kedatangan kali ke-4 lebih pagi. Ternyata antrian sudah 30 meter sampai ke Caesar Cafe. Jam 9.45 masuk ke barisan antri, kartu kredit tergesek jam 11.46. Horay..akhirnya.. Meskipun dapat yang malam tak apa, justru aku bisa pulang dulu untuk istirahat. 2 jam gitu lho, rekor dalam sejarahku mengantri. 2 jam ngapain coba? Mati gaya bener aku. Mau chatting mobile kog ya GPRS nya error terus. Akhirnya aku menghapusi sms yang udah expired. Juga ngobrol sama depanku dan belakangku. Untungnya antri berdua sama si dia. Bisa gantian, kalau dia pengen ke kamar kecil aku yang antri, kalau aku mau beli sesuatu untuk diminum dan dimakan (dari pagi belum kemasukan apa-apa kecuali air putih), giliran dia yang antri. Good cooperation deh.. Cerita dari bapak belakangku, dia punya teman di lampung. Usianya 70 tahun, waktu mudik ke Jogja kemarin masih kuat setir sendiri dan selamat. Rahasianya? Sehari minum air putih 15 liter. Lumayan juga cerita –cerita gitu, tahu-tahu udah maju 5 meter. Akhirnya nonton LP juga..kalau sudah nonton jadi berasa hilang deh segala rasa yang 2 jam itu. Worthy.

Saturday, October 11, 2008

Dipelihara Tuhan

Tadi malam syukuran ulang tahunku. Sebenarnya tidak bisa dikatakan syukuran, tapi hanya makan malam pada tanggal tersebut. Berdua saja, dengan kekasih tercinta. Kangen dengan warung angkringan waktu masih kos dulu. Rencana itu sudah semenjak satu minggu yang lalu. Nggodain dia, ntar kalau aku ulang tahun tak traktir nasi kucing ya say...gitu aku bilang. Sebenarnya semalam mau dibatalin aja, berhubung mataku ngantuknya minta ampun seperti digantungin becak. Tapi sudah turun jauh dari rumah, kepalang tanggung. Jauh emang jaraknya. Tapi si dia bilang tak apa-apa, lanjutin aja. Sesampai di warung angkringan Pak Barkah disambut dengan hangat khas angkringan Jogja, "Wah kog lama ndak kesini?" Ngantuk jadi hilang ngobrol sama mereka. Warungnya sepi saat itu, hanya kami berdua. Tak lama kemudian datang seorang ibu. Ibu itu membeli (tepatnya memborong habis) ayam goreng yang dijual disitu sambil memuji-muji masakan Ibu Barkah yang (memang) enak. Setelah ibu pembeli tadi pergi, Ibu Barkah bilang sama kami, katanya tadi dia sempat takut warungnya tidak laku hari itu, karena anak-anak kos di sekitar situ belum pada datang. Maklum langganan angkringannya sebagian besar adalah anak-anak kos. Ternyata dugaannya keliru. Dia bilang malah kedatangan kami yang sudah lama tak ke situ dan juga ibu yang memborong tadi. Kemudian aku bilang sama Ibu Barkah "Sudah ada yang mengatur Bu" Maksud implisitnya adalah Ibu Barkah tidak usah kuatir dengan rejeki, semua sudah diatur sama Yang Maha Adil. (Aku ingat dari Kitab Suci bahwa kita tak perlu kuatir dengan rejeki, karena burung pipit di udara saja dipelihara Tuhan dengan disediakannya sisa panen petani bulir-bulir padi di sawah, apalagi kita manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, pasti akan dipelihara oleh Tuhan dengan berbagai cara) Kedatangan kami ke angkringan mereka, membawa kegembiraan tersendiri. Aku bilang kalau aku kangen pengen kesitu. Ibu Barkah terlihat bahagia mendengarnya (dan agak surprised). Katanya dikangenin itu sesuatu yang harus disyukurin. Puji Tuhan. Melihat semua itu kami juga ikut berbahagia. Dengan pemberian kecil kami, kami kenyang dan puas, dan mereka senang. Bayangkan saja berapa besar yang kami belanjakan di sana. Berdua makan super kenyang hanya Rp. 14.500 (terdiri dari 2 piring nasi sayur, 2 teh panas, 1 sayap ayam goreng, 4 ceker ayam dan 8 gorengan) Tak ada tarif PPN 10% dan Service 5%, tapi servicenya luar biasa, keramah tamahan yang tulus. Layak memang untuk dikangenin. Kami berjanji akan lebih sering datang ke angkringan Pak Barkah. Lokasi angkringan Pak Barkah: Samping gedung lapangan Badminton, dekat lapangan tenis Deresan, Gejayan, Yogyakarta. Kalau dari Ring Road, Hotel Mawar Saron ke arah selatan. Buka hanya malam hari.

Thursday, October 9, 2008

He is my HERO

Sekarang jam 23.05. Tiba-tiba aku rindu dengan dia. Mungkin karena gloomy sepanjang sore tadi terbawa hingga malam ini. Dia memang pantas dikangenin. Dia yang selalu menolongku tanpa pamrih. Dia yang nyayngin aku lebih dari yang lain. Aku pernah nyakitin dia, karena aku membela seseorang. Aku menyesal sekali. Orang yang kubela itu justru tak pantas aku bela. Seorang penipu, pemabuk, penjudi dan pemorot hasil jerih keringatku (aku menjerit sekuat hati waktu aku menyadari hal itu, dan mengutuki diriku betapa bodohnya aku)
Hari rabu minggu lalu aku baru saja mengunjunginya, tentu saja di pusaranya. Membersihkan dan menaruh bunga di atas nisannya. Yah, dia kakakku yang sudah pergi ke surga. Sekarang aku sudah rindu dia.
Ahh, lagi-lagi ada sungai kecil di pipiku. Yang membuat pandanganku buram menatap layar yang hangat ini.....
*rehat bentar
Mengenang kebaikannya tak kan ada habisnya. Bahkan karena dia pergi selamanya..dia menjadi pahlawanku. Ceritanya teramat panjang dan rumit.
*nangis lagi...(cengeng..payah!!)
Apa yang bisa aku lakukan setelah dia pergi? Mendoakannya.

Syndrom of 9th

Dingin banget sore ini. Gerimis. Minum segelas cappuccino sachetan sambil membayangkan berada di starbucks. Menatap keluar jendela, memandang Hyatt nan asri. Pikiranku sedang tidak berada di kantor ini (hari ini aku diuntungkan dengan boss keluar kota, jadi beliau tdk tahu aku hari ini sedang tidak benar-benar bekerja) Kepalaku nyut-nyutan. Ngelamun. Oh bukan-bukan..berimaginasi, menvisualisasikan apa yang aku inginkan. Targetnya sih dalam 3 bulan ini. Tahu nggak apa yang kuinginkan? Mendandani rumah mungilku. Rumahku sekarang (masih) bersih sekali, maksudnya, perabotnya belum ada. Kalau ada tamu, duduk lesehan di lantai *tersenyum malu Ya ya ya..beli rumah memang sudah menguras pundi-pundi. Sekarang mengumpulkan lagi untuk mengisinya rumahnya. Ahh..syndrom tanggal 9 Oktober dan syndrom angka 9. Menyebalkan. Bagaimana cara melepaskan pikiran-pikiran aneh ini ya? *gloomy

Awal Sebuah Perubahan

Hari ini udara segar sekali. Semalam hujan deras merata di seluruh Jogja (emang tadi malam aku kelilingan yak?!) yang sepertinya menandai dimulainya musim penghujan. Petir menyambar-nyambar, bunyinya menakutkan. Kayak mau unjuk gigi setelah dikurung selama musim kemarau. Sumpah aku takut sekali dengan cahaya kilat sekaligus suara yang dihasilkannya. Tak mau melewatkan kesegarannya, kuhirup udara dalam-dalam. Agar paru-paruku terisi udara segar pagi ini. Yap, udara segar yang menambah semangat. Semenjak masuk kerja setelah libur panjang, aku memang tambah semangat. Karena berita yang tanggal 20 September itu tentunya. Dan mulai dari sekarang aku harus prepare. Sibuk pastinya. Tapi sebetulnya di dalam relung hatiku yang paling dalam ada kegalauan. Ada, tapi sedikit. Aku yakin akan keberuntunganku, asal aku do the best, behave dan selalu berdoa. Bukankah ini sebagian dari impian yang akan menjadi kenyataan? Sebuah Perubahan.

Tuesday, October 7, 2008

Trisula Cantik

Kata temanku, si dia punya trisula cantik Garisnya tegas tak putus sampai ke ujung Katanya, punya yang satu aja sudah bagus Ini malah tiga... Mata temanku mengerling dengan nakal Katanya aku suruh jagain dia Katanya jangan lepasin dia Aku bilang, tentu saja Tapi bukan karena trisula itu Aku jaga dia bahkan aku sebelum tahu itu Dan sampai saat ini pun Aku tak peduli dengan apa itu trisula Cukup mengamini saja Karena trisula itu baik Buat penyemangat hidup Mudah-mudahan dengan usaha Trisula jadi mimpi yamg menjadi nyata Aku yang mengenalnya Setiap hari bersamanya Aku tahu kenapa aku harus jaga dia Hanya aku yang tahu Dan tentu saja Sang Khalik