Friday, November 28, 2008

Ada apa?

Hari ini garing, terasa ada yang hilang dua hari ini Ditambah udara dingin dan matahari yang enggan muncul Mengiringi kesendirianku di ruangan ini Rod Steward menyenandungkan ‘For the first time’ Repeat terus sampai ndower mungkin Ditambah pekerjaan akhir bulan yang menumpuk Lengkap sudah kesenduan ini. Pagi-pagi sudah disapa sopir "Tumben bu kog sayu?" "Gak punya duit, belum gajian!" timpalku Apa yang ada di hatiku, ya biarlah aku yang tahu Tumben memang aku melankolis begini Untunglah aku kebanyakan sendirian hari ini Asistenku lagi belajar database di ruangan lain Jadi aku bisa memutar lagu itu sepanjang hari Bukan..bukan lagunya yang istimewa Lagu-lagu di album itu memang aku suka banget Melow semua..cocok untuk udara dingin begini Ahh itu hanya akal-akalanku saja supaya aku bisa setel lagu itu sampai bosan Dua bulan menjelang akhir tahun ini terasa berat untukku Semoga sisa tahun ini berlalu dengan cepat Tahun depan adalah tahun harapan Banyak harapan-harapan aku gantungkan di tahun depan Yang tahun ini belum tercapai tak usah disesali Berusaha lagi dan berusaha lagi Semoga harapanku dan disertai dengan usahaku dan berkat dari Atas Akan membuahkan hasil Ada sahabat yang mengingatkan aku untuk ingat selalu berdoa Katanya kekuatan doa itu sangat dasyat 'Jawaban dari doamu sudah kamu nikmati setiap waktu hidupmu' Ahh..iya.. Pikirku jadi menerawang jauh sekali Aku merasakan kebosanan yang amat sangat Jenuh dan capai hati Nanti malam kumpul dengan teman-teman di cafĂ© Semoga bisa membunuh kegaringan…biasanya begitu Besok aku ke Semarang.. Lihat konser musik dengan teman-teman kantor Ingin benar-benar melepaskan kepenatan. *Semangat !! Ganti ahh lagunya.. Kerispatih 'Tapi bukan aku' Kog sama melow nya Hahaha....

Friday, November 21, 2008

Menjelang Senja

Aku tak mengerti Bingung menjelang senja Lidah kelu tak bisa berkata-kata Ketika kejujuran kau lontarkan begitu saja Kejujuran itu terkadang tak ingin kudengar Apa yang kuharapkan.. Tak seperti dengan kejujuran itu Akhirnya kejujuran itu membuahkan kebimbangan Membutakan tujuan awal Apa yang sedang berkecamuk dalam hatimu sayang? Lupakah dengan bayang-bayangmu? Aku pasti menunggumu di sini Untuk kita akan tertawa bersama Mentertawakan kebodohan kecil ini Akan kutunjukkan padamu Sesuatu yang kusimpan Kamu pasti akan keheranan girang Karena penunjuk waktu itu masih di angka lima Tidak ada angka tiga di sana Tapi aku tetap tak mengerti Aku hanya ingin kita tertawa bersama

Monday, November 17, 2008

Taman Kecilku

Merawat melati gampang-gampang susah. Musim hujan ini aku jadi tidak kuatir mereka kekeringan. Tapi ada yang lain yang mengganggu. Ulat kecil. Minggu kemarin ada ulat-ulat kecil itu. Tiap pagi aku harus memotong cabang yang diserang ulat-ulat hijau kecil dan basah itu. Daunnya jadi berlobang-lobang. Hatiku risau. Makin hari makin mengganas.
Kuputuskan untuk membeli obat untuk menangkalnya. Terpaksa. Setelah disemprot, ulat-ulat itu tak tampak lagi sekarang. Aku lega. Tak kuatir lagi sekarang. Hari minggu kemarin aku tata ulang taman bungaku yang kecil itu. Musim hujan disambut gembira oleh semua penghuni halaman rumahku itu. Adenium yang daunnya mengkerut sekarang sudah mengembang sempurna. Bambu rejeki hadiah ulang tahun dari Tiut makin rimbun daunnya. Eforbia sedang berbunga, satu pohon berbunga dua warna, kuning dan pink. Kalau lidah buaya, terlihat manis kalau diletakkan berjejer banyak di atas pagar. Bunga yang tak ada bunganya, hanya daun hijau, yang dulu kutanam hanya ditancapkan saja kini sudah jadi 2 pot besar-besar. Halaman rumahku jadi lumayan asri. Senangnya..

Mata Hati

Aku mencarinya dalam kegelapan Tak bisa kutemukan Setiap sudut sudah kutengok Tetap tak kutemukan Aku melenguh..Lelah mencarinya Kudengar bisikan lembut tertiup angin 'Jangan kau cari dengan mata kepalamu, Tapi carilah dengan mata hatimu' Seperti ditampar oleh belaian nan lembut

It was Bad Day

Beruntun.. Tamu penting Atur ini, atur itu.. Hujan besar Petir menggelegar Puting beliung (lagi) persis depan kantor Baju basah Ngomel-ngomel.. Ngomel-ngomel lagi (mangga???) Putar-putar nunggu gudeg permata buka (ternyata lagi gak jualan) Lembur sampai 22.30 WIB Mobil mogok (mesin kedinginan minta ganti STNK kali) Diare.. Hari yang buruk

Wednesday, November 12, 2008

Menyebalkan!

Pinjam istilah 'Tim Rocket'. Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. MENYEBALKAAAAAAAAAAAAAANNNNN..!!!!! *lega

Thursday, November 6, 2008

Klengkeng Pingpong

Pojok halaman rumahku yang sudah kusediakan untuk tanaman buah yang umurnya lama sudah terisi. Yang berhak menghuninya adalah ‘Klengkeng Pingpong'. Kubeli bibitnya di Prambanan dekat Candi Prambanan langsung ke pionernya yaitu Pak Isto Suwarno. Bibit setinggi 50cm itu harganya Rp. 75.000. Cukup mahal untuk ukuranku. Beruntung aku ketemu langsung sama Pak Isto, aku dipilihkan bibit yang bagus. Aku ingin, tanaman yang belum lama dibudidayakan ini akan cepat popular. Di kompleksku baru aku satu-satunya yang menanam. Tanaman klengkeng yang dibudidayakan Pak Isto ini ada 3 jenis. Klengkeng Pingpong, Klengkeng Itoh dan Klengkeng Diamond. Klengkeng pingpong untuk lahan yang kecil, karena pohonnya meninggi. Supaya pohon tidak lurus sebatang (supaya pohon bercabang), saat tanaman setinggi 1,5 m harus dipotong menjadi 1 m, jika cabangnya sudah berumur harus dipangkas lagi. Begitu seterusnya, Makin banyak cabang, makin banyak buah yang bisa dipanen. Klengkeng diamond untuk lahan yang luas. Jenis diamond, tanaman lebih pendek tapi rimbun bercabang-cabang banyak. Sedang yang itoh ini mirip diamond, tapi kapan mau berbuah bisa diatur dengan pupuk khusus untuk Itoh. Harga pupuknya Rp. 190.000 untuk 15 pohon. Pemupukan cukup sekali saja. Nah, kapan dipupuknya itu yang aku tidak tahu. Untuk jenis pingpong dan diamond tidak perlu diberi pupuk khusus itu, karena tanpa pupuk pun kedua jenis itu sudah gampang berbuah. Cara budidaya klengkeng ini ada 3 macam, yaitu dari biji pilihan, dari okulasi atau sambung pucuk dan dari cangkok. Ciri-ciri tanaman klengkeng hasil budidaya Pak isto ini daunnya agak keriting dan sedikit terbalik. Batangnya menjulang ke atas, makanya harus dipangkas. Akar tidak merusak lingkungan. Buahnya memang besar (aku sudah melihatnya sendiri), sebesar bola pingpong. Rasanya manis dan aromanya wangi. Kalau tanahnya subur dan rajin menyiangi dan sirami, dalam usia 2,5 – 3 tahun sudah berbuah. Pohon berbuah tidak mengenal musim. Karena berbuah secara bergantian pada ranting-rantingnya. Walaupun bibit klengkeng ini diperoleh dari biji, namun pertumbuhan pohon sangat cepat. Klengkeng ini paling pas ditanam di tempat yang kena panas matahari langsung. Visi dari sang pioneer salah satunya adalah ingin merintis penghijauan jalan-jalan kampung dengan pohon klengkeng pingpong ini (untuk di tepi jalan memang paling pas jenis pingpong, bisa diatur ketinggiannya). Dia sudah menanam beberapa di jalan di depan lahan pembibitan itu. Sungguh mulia ya cita-citanya. Goes green dengan tindakan nyata. Hah..kog aku kayak tim marketing Pak Isto ya? Lokasi Budidaya Klengkeng Pingpong: Pamukti Baru Tlogo Rt. 12 Rw. 04 Prambanan Klaten

Tips untuk yg Hypotensi

Hypotensi maupun hypertensi, keduanya adalah kecenderungan kesehatan yang tidak baik. Pada dasarnya apapun itu namanya kalau berlebihan atau kekurangan jadi tidak baik. Dan keduanya sama-sama tidak enak. Enak yang sedang-sedang saja…*hmmm kalimat yang dipopulerkan oleh Vetty Vera hehe.. Sekedar sharing berbagi pengalaman buat yang kecenderungan hypo sepertiku, bila suatu hari kumat penyakit itu. Kalau tengkuk rasanya berat, jangan menjudge dulu. Tetep harus diukur dengan alat tensi untuk memastikan terkena hyper atau hypo. Karena gejala hyper dan hypo sama. Tengkuk terasa berat. Jika penanganan keliru, akan fatal bukan? Jika dipastikan sedang terkena hypo, dan masih bisa berdiri dan berjalan, segeralah beranjak dari tempat tidur. Jangan bermanja-manja, itu justru akan memperparah keadaan. Buat secangkir teh manis hangat, nikmatilah. Jika di rumah ada makanan, segeralah makan. Jika di rumah tidak ada makanan, segera ambil kunci mobil atau motor dan pergilah membeli makanan. Nah, di sinilah yang terpenting. Sebisa mungkin lewatlah jalan yang padat lalu-lintasnya. Ketika sedang di jalanan, amatilah para sesama pengguna jalan. Amatilah dengan seksama. Baik yang naik sepeda motor, sepeda, pejalan kaki maupun naik mobil. Pengalaman mengamati para pengguna jalan ini kulakukan ketika aku sedang terkena hypo dan akan berangkat ke kantor. Sampai kantor justru badan jadi segar bugar. Maksudnya, pusing dan berat tengkuk jadi hilang. Begini, pengguna jalan yang kusebutkan di atas itu tadi banyak yang seenaknya di jalanan. Naik motor tidak pakai helm, salib sana salib sini, seolah-olah kepalanya kalau terbentur aspal tidak bisa pecah. Pak polisi sedang nyetir asyik ber-hp ria tanpa handsfree. Traffic light jelas-jelas warna merah, tidak digubris. Memang tidak ada polisi yang jaga pertigaan itu. Tapi untuk patuh apa harus selalu ada polisi di setiap sudut jalan? Lampu baru nyala hijau, sudah diklakson dari belakang. Pak pak...saya juga tak akan menginap di tengah jalan. Sabar kenapa? Sepertinya orang-orang susah sekali ya menginjak rem. Maunya jalan tidak ada hambatan. Emang dulu moyangnya ikut menata batu di jalanan? Sehingga jalan itu bisa di klaim miliknya? Hah..atau di jalan kebeket boker jadi harus cepat sampai tujuan?Sampai Bethesda atau Pantirapih iya. *marah nih Kalau sudah begitu, dijamin tensi akan naik *sigh. Bagi yang tahu bahwa opini di atas sama sekali tidak bisa dipertanggungkawabkan, ya maaf. Ini murni sharing pengalaman pribadi. Asli. *Bethesda dan Pantirapih adalah nama Rumah Sakit.