Saturday, September 13, 2008

Antri dong..

Bagaimana sih seharusnya etika antri?
Kejadian yang sering kualami ketika hendak nonton dan di public lavatory, di mana antrian tidak ada nomornya yang tidak bisa duduk dengan nyaman, tetapi ya memang harus berdiri antri. Betapa aku merasakan keegoisan yang teramat sangat, orang yang tidak mau antri ini. Tak bertenggang rasa, tak berempati..seharusnya kelaut aja.. Kejadian ketika antri beli tiket nonton, seperti biasa kalau film bagus antrian pasti panjang. Ada yang senaknya titip. It's fine, seperti yg sudah pernah aku tulis juga. Jika X dan Y titip kepada Z tanpa menambah jumlah antrian ok aja. Jadi jika ada yang antri di urutan ke-5 si A tetap akan urutan ke- 5. Yang ada si A jadi antri di urutan ke- 7 karena X dan Y masuk dalam line antrian.Herannya, satpam atau penjaga line membenarkan tindakan itu. Katanya, kalau yang si Z tidak keberatan boleh aja. Lho? Gimana sih bapak itu? Tentu saja Z tidak keberatan karena tidak dirugikan. Lha si B, C, D,....dst yang di belakang si Z tentulah yang dirugikan. Aku pusing kalau sudah begitu. Beda lagi dengan antrian di toilet di mall. Tiap titik toilet di mall terbesar di jogja itu ada 4 berjejer. Bagaimana sih seharusnya antri di mana yang diantri ada 4 kamar dan tidak ada garis antrinya? Akan lebih rawan serobotan tentunya. Dan benar saja. Ketika suatu hari aku harus mampir ke toilet, satu kamar sedang dibersihkan. Yang 3 kamar terisi, antrian Cuma 2 orang. Kemudian 1 orang keluar, mbak yang tadi di depanku masuk. Kini tinggal aku yang antri. Kemudian ada ibu-ibu setengah tua dengan dandanan ’orang berpunya’ masuk, dia langsung nyelonong ke depan kamar yang dibersihkan tadi. Begitu selesai dibersihkan dia masuk.
Ups..bukankah itu jatah giliran aku?
Ya sutra, aku tunggu yang lain saja. Kemudian ada ibu-ibu masuk lagi dengan seorang anak laki-laki kecil teriak-teriak sudah kebelet. Si ibu bingung, bilang sama anaknya 'sabar-sabar masih penuh semua’ Kemudian ada satu orang keluar dari kamar, si ibu langsung nyelonong masuk dengan anaknya.
Sekali lagi, bukankah itu jatah giliran aku?
Perasaan bersalah tak nampak di wajah mereka. Heran ya. Aku hanya bisa ngelus dada, dan wanti-wanti 'sabar-sabar ya astuti'. Karena marahpun tiada guna. Marah dengan orang seperti itu justru akan buang-buang energi dan merusak moodku yang lagi ingin menikmati waktu santai bersama kekasih. *membayangkan seandainya semua tempat antri ada mesin antri...

No comments:

Post a Comment