Monday, September 15, 2008

Long Lasting Happiness (an Investment)

Siku dalam tangan kiriku masih memar. Kemarin habis diambil darahnya beberapa cc untuk tes lab. Juga urin, aku dan si dia. Hasilnya, BUN, kreatin, trigliserida, kolesterol total, HDL dan LDL kolesterol, glukosa, asam urat dll hasil pemeriksaan itu semuanya mengindikasikan aku sehat. Tak ada yang melebihi batas rujukan. Meskipun aku tak paham betul dengan semua istilah di atas, tapi aku percaya dengan lembaran kertas hasil tes itu. Yang perlu kutambah adalah olah raga, dan tidak menahan buang air kecil. Beruntunglah aku tak suka ngemil. Mungkin itu juga berpengaruh. Tapi aku suka makan enak, jadi hasilnya memang agak membuat terkejut(yang menyenangkan) Beda dengan si dia, hasilnya agak mengkuatirkan, mengingat umurnya masih kepala 3. Ketika kami berdua d mobil, aku tanya sama dia: "Kamu ingin bersamaku selama mungkin kan?" Dia menjawab "Iya dong" Lantas aku bilang "Kalau begitu, jaga kesehatan ya" Umur memang kehendak yang Di Atas, tapi dengan menjaga kesehatan, kita membuat peluang berumur panjang. Bukankah Tuhan senang dengan orang yang berusaha? (Darimana aku tahu kesukaan Tuhan?) Malam minggu kemarin aku sudah meninggalkannya untuk wasting time dengan teman-teman. Jadi hari minggu waktuku kucurahkan semua untuknya, sebagai pengganti. Dengan sedikit pemaksaan, akhirnya dia mau pergi juga ke lab. Sudah beberapa kali dia mengeluh sakit di dada, juga kalau berkatifitas sedikit menguras tenaga, nafasnya seperti kepayahan. Dianya malah tidak merasa, tapi aku yang kerasa. Ibunya meninggal karena sakit jantung koroner, setiap kali nyeri dada dia ingat ibunya. Dia tak ingin seperti ibunya. Kata-kataku di mobil itu rupanya tertancap di hatinya. Dia berjanji akan menjaga apa yang dia makan. Aku support dia semampuku, mengingat tak sepanjang hari dia bersamaku. Lagipula, alu ingin kesadaran itu betul-betul dia resapi seperti halnya kesadarannya berhenti merokok beberapa tahun silam. Bukan karena aku, tapi karena dia sendiri. Kemudian aku ingat cerita kisah nyata seorang abdi setia. Seorang bapak yang mengurus majikannya yang terkena stroke. Dia bercerita, dulu waktu jaman susah, majikannya ingin beli sate kambing samirono tetapi tidak punya uang. Sekarang begitu majikannya sudah punya banyak kekayaan bahkan beli warung satenya aja bisa, beliaunya sudah tak boleh makan sate kambing. Menyedihkan dan ironis. Lalu, apa guna uang setumpuk yang sudah dikumpulkan dengan susah payah? Ada juga teman perempuan satu kantorku yang umurnya 5 th lebih muda dariku, tapi dia sudah sakit asam urat, dan itu sangat mengganggu aktifitas. Setelah ditelusur, memang ada makanan yang tidak boleh dia makan secara berlebihan, tapi dia makan dengan berlebihan. Dan tadi malam kami berdua bertekad untuk hidup (lebih) sehat. Dia berpesan padaku untuk selalu ingatkan bila dia lupa. Owh I will honey, tanpa kamu minta. Kita bercita-cita berumur panjang dan bahagia. Tentunya itu hanya bisa diraih kalau kita sehat. Ingat nenekku di desa, hun? Sekarang sudah berumur 100 th lebih..dan masih sehat..Besok Lebaran kita akan mengunjunginya. Investasi hidup sehat nenek di kala dulu, dia nikmati sampai punya cicit.. *to ulet bulu: I do love you for timeless

No comments:

Post a Comment