Tuesday, May 20, 2008

Chat w/ old friend ^-^

Barusan selesai chating sama teman lama, yang menetap di Jerman. Dia dulu teman baikku di sini. Musuhku main tenis lapangan. Meski dia tinggal di luar negri tapi selalu mengikuti berita di dalam negri. Dari piala thomas dan uber, meninggalnya Sophan Sophiaan sampai demo BBM. Katanya dia memang cinta Indonesia, tapi bukan untuk pasangan hidupnya. Kalau untuk itu dia prefer made in overseas. Untuk perbaikan keturunan katanya..halah.. Dia bilang, BBM di Jerman sekarang harganya 1,5 uero atau sebanding dengan +/- Rp. 23.000. Reaksiku, kaget juga aku. Nanti aku check kursnya deh. Kalau memang benar, mahal juga ya. Dia bilang, prihatin dengan Indonesia. BBM itu harganya memang harus dinaikkan. APBN untuk menanggung subsidi, yang mana subsidi dinikmati oleh semua golongan masyarakat. Jadi tidak adil malah. Subsidi itu tempatnya untuk memperbaiki infrastruktur dan sarana umum, misalnya ya untuk transportasi gitu deh. Pemerintah menaikkan harga BBM kan bukan salah pemerintah. Lha memang harga minyak mentahnya naik. Yang jualan pecel lele kalau beli lelenya di pasar naik ya harga jualnya juga naik. Analogi yang sama kan? Dia bilang, yang perlu diperbaiki adalah mental masyarakat. Masyarakat perlu diedukasi untuk hal-hal tersebut. Ironisnya, yang demo kog mahasiswa, kaum intelektual. Gak baca koran, gak liat berita di internet apa? Internet cuma buat fs-an, facebook dll. Kalau BBM tak naik, negri ini akan semakin miskin. Mau mewarisi generasi penerus dengan utang pa? Mental yang harus diperbaiki bukan hanya masyarakat miskin, tapi juga yang kaya. Dia bilang, ingat krisis ekonomi tahun 1998? Waktu itu banyak karyawan yang di PHK. Rakyat miskin tambah banyak. Tapi untuk sebagian masyarakat kita itu justru awal kebangkitan. Tak patah arang. Kreatifitas bermunculan. Daun enceng gondok dan gedebok pisang jadi tas yang indah. Kain perca jadi boneka. Ranting-ranting kering jadi hiasan. Dan masih banyak kreatifitas yang membuat mereka justru jadi lebih makmur dari sebelumnya. Aku bilang, kamu pro pemerintah ya? Dia bilang, bukan begitu. Aku bicara if I were pemerintah. Negeri ini sudah memprihatinkan. Terlalu banyak yang harus dibenahi. Tapi justru memperbaiki mental ini yang penting dan mendesak. Memperbaiki mental untuk berubah ke arah yang lebih baik, itu yang sulit sekali. Aku bilang, that's right. Apalagi untuk ukuran negeri ini. Untuk ukuran my office aja rasanya seperti sudah berdarah-darah tetap hasilnya nol besar. Aku bilang, ini salah siapa ya? Dia bilang, I do not know. Makanya aku tinggal di Jerman. Dia bilang, Astuti, I have to back to work. You take care ya.. Aku bilang, you take care also. *lalu aku menerawang ke langit-langit atap tempat aku on line

No comments:

Post a Comment