Wednesday, July 23, 2008

Name Card

Benda yang satu ini tidak pernah lepas dari orang bisnis. Karena memang inilah jembatan membangun komunitas atau membangun jaringan. Kartu nama tetap belum tergantikan oleh phonebook handphone. Karena kartu nama bersifat khas yang juga mencerminkan pribadi pemiliknya, jika ini kartu nama pribadi dan mencerminkan perusahaannya kalau itu kartu nama corporate. Dari kartu nama biasanya orang bisa menilai, meski hanya selintas, image itu pasti ada. Kadang ada kartu nama yang dibuat asal-asalan pokoknya ada nama, tempat usaha, telpon, sudah cukup. Padahal hal tersebut bisa mempengaruhi penilaian orang terhadap pemilik kartu nama maupun instansi yang menaunginya. Sebuah kartu nama bisa menjadi inspirasi juga. Seperti kartu nama seorang kenalanku (satu tahun yang lalu), memberi inspirasi aku untuk membuat blog ini, untuk menuangkan yang mendesak-desak di otak. Daripada hanya di simpan di drive D:/ mending dipublikasikan. Bila yang baca terinspirasi juga dengan postinganku, berarti kan aku sudah bawa berkat buat orang tersebut. Halah.. Aku sendiri menyimpan kartu nama sudah sebanyak 15 name card holder besar. Tentu saja dengan berbagai macam kreasi. Saking banyaknya aku kelompokkan biar gampang carinya kalo sewaktu-waktu diperlukan (kalo manage kayak gini aku jagonya..). Dari rumah makan, bank, friend, entertaint, bengkel, hotel, principal dll. Jadi penampilan benda satu ini penting ya? Tentu saja. Biasanya kartu nama corparate satu design untuk semua. Kalau tidak mau repot, gampang sekali sih, tinggal panggil creative designer untuk membuatnya. Masalahnya tinggal di ketersediaan dana. Kartu nama mencerminkan culture corporatenya juga. Kalau instansinya bergerak di bidang jasa, biasanya memakai gelar sesuai dengan bidang usaha. Misal di rumah sakit, tentu kartu nama dokternya ada titel dr. Kalau di beberapa perusahaan, seperti bank asing, bank lokal juga, hotel, fund house, aku lihat mereka tidak pernah mencantumkan gelar. Hanya jabatan saja. Tujuannya apa, aku sendiri kurang paham. Culture di perusahaanku sendiri, termasuk principalnya, kartu nama hanya nama lengkap. Jabatan dan gelar tidak ada. Ini memang sudah jadi culture kesahajaan. Buat apa sih jabatan dan gelar. Dengan berbicara dengan orang tersebut, melihat kapasitas pembicaraan akan ketahuan kog dia itu posisinya apa dan cocoknya bergelar apa. Konon menurut cerita, kartu nama ’kosongan’ begini nih yang menakutkan. Karena bisa jadi yang kita hadapi bukan orang sembarangan. Bisa-bisa ownernya.
Kalau dari kacamataku sendiri, dengan kartu nama ’kosongan’ itu sekalian mendidik penerima kartu untuk menghargai siapapun dia. Jika waktu menerima kartu nama tertera di situ di bawah nama ada kata DIREKTUR, pasti kita langsung perlakukan dia dengan baik ya. Kalau kosong kan masih bertanya-tanya, siapa dia sebenarnya. So, tak usah bedakan perlakuan. Semua orang lain wajiblah kita hormati. Tul gak?

No comments:

Post a Comment