Wednesday, July 16, 2008

Upset..

Jika orang terlalu bersedih dia akan bertingkah seperti bergembira berlebihan. Seperti diriku yang sedang luar biasa sedih kali ini. Apa sih yang bisa membuat aku seperti ini? Masalah kantor, adalah hal yang lumrah. Diputus pacar? Cari lagi. Masih banyak laki-laki yang mau sama aku. Ditinggalkan teman? Teman memang selalu datang dan pergi sesuai kepetingannya, dan yang tersisa adalah teman sejati. Bukankah semangatmu yang sempat kau gadaikan sudah ditebus? Yes, absolutely. Tapi semangat yang kumaksud adalah semangat dalam menjalani kehidupan setiap hari, yang notabene sebagian besar aku habiskan di kantor. Bukan untuk menghadapi masalah yang satu ini. Untuk satu hal ini, aku bener-bener luluh lantak.. Lantas? Hari minggu yang lalu, bangun pagi ..jalan-jalan pagi..mandi trus ke Gereja di Kotabaru diantar ulet bulu. Gonna attending mass at 08.30. Pagi itu hatiku masih riang. Bahagia punya pasangan yang menghargai perbedaan. Ulet bulu ngantar bukan untuk ikut masuk, tapi nungguin di halaman Gereja, sambil wisata kuliner kecil2an, maklum di sekitar Gereja banyak yang jual makanan dadakan. Di Gereja, homili pastur begitu nyantol di kepala dan di hati. Jiwaku damai bila di dalam Gereja. Menyenandungkan lagu-lagu untuk memuliakanNya adalah keindahan tersendiri. Berjabat tangan ‘salam damai’ dengan saling memberi senyuman dengan orang-orang di samping tempat dudukku adalah anugrah damai itu Setelah dari Gereja, kami langsung menuju amplas. Nonton ‘kunfu panda’, lunch steamboat as usual. Trus beli buku dan alat-alat tulis untuk keponakanku yang seninnya udah masuk sekolah lagi. Setelah itu kami langsung pulang ke Klaten. Sesampai di rumah.. Kudengar berita itu dari ibuku. Amat mengagetkan. Kakak tertuaku kenapa menjadi seperti itu? So wild..dia seperti anak kecil yang nalarnya masih sangat dangkal. Padahal umurnya sudah 40 tahun. Mestinya sudah sangat mature. Tapi kenyataannya dia sangat tidak terkendali..Kesalahan fatal dihidupnya yang hasilnya dia lihat setiap hari saja tidak mampu membuat hidupnya lebih baik. Untuk menenangkan diri, kemudian aku pergi nyekar kakakku laki-laki satu-satunya yang sudah meninggal. Semenjak kakakku laki-laki tiada, aku tak punya figure kakak yang membuat hatiku nyaman dan terlindungi. Hatiku hancur saat dia pergi selamanya..Sekarang aku sangat rindu padanya. Dialah dulu yang menjadi pelopor kerukunan di keluarga kami. Yang paling tak tega adalah ketika melihat ibuku sedih dengan kelakuan kakakku. Aku tak ingin memberi petuah, di samping karena aku adiknya, aku juga pernah punya masalah, cuma kakakku itu yang support aku di keluarga. It was means a lot. Dia juga yang pertama kali menerima ulet bulu di keluarga (karena perbedaan kami) Aku seperti hutang budi padanya. Kalau aku memberi nasihat, aku takut keadaan justru memburuk. Aku cuma bisa diam. Ulet bulu memberiku saran, jika kamu tak bisa kasih tahu kakak dengan kata-kata dan tindakan, tinggalah yang tersisa dengan hati. Ah.. Yang bisa kulakukan adalah membuat hati ibuku senang. Untunglah ada karina juga, keponakanku yang baru 1,5 th yang membuat suasana rumah menjadi ceria. Aku tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan kakakku dan keutuhan keluargaku. Aku hanya bisa minta sama Yang membuat aku ada di dunia ini. Karena persoalan ini benar-benar membuat dadaku sesak. Tuhan tolong kami.

No comments:

Post a Comment