Thursday, August 21, 2008

Indonesia (seharusnya) Kaya Raya

”Bapak kepala sekolah sebuah Madrasah, dua puluh tahun mengabdi, bergaji terakhir Rp. 200.000. Untuk menambah penghasilan, beliau menjadi pemulung. Beliau dihina, dilecehkan. Tetapi kata beliau dengan tegar, menjadi pemulung tidak merugikan orang lain dan juga tidak mengganggu profesinya sebagai guru, jadi kenapa harus malu?” Sesak dadaku melihat pemberitaan itu. Meyedihkan. Tempat para guru mengabdi pun tak kalah mengenaskan, sekolah seperti kandang ayam. Sedang memikirkan apakah para petinggi2 negeri kita ini? Setiap hari kita dijejali berita-berita yang mengejutkan. Sudah 63 tahun merdeka dari perang berdarah-darah, memerdekakan keserakahan, ketamakan, keegoisan para pemimipin yang seharusnya mengayomi dan memakmurkan rakyatnya. Kemana hati nurani? Di sana ada kawasan tenggelam, di lain tempat mengadakan hajatan bernilai milyar. Indonesia (seharusnya) kaya raya. Tapi negeriku salah urus. Memprihatinkan. Kenapa tak belajar dari pengalaman. Atau berlapang dada belajar dari negeri tetangga, atau bahkan belajar dari negara-negara belahan bumi lain. Toh belajar tidak ada batasnya. Indonesia (seharusnya) kaya raya. Tapi ada tikus-tikus yang menggerogotinya. Tuliskan berapa yang sudah dikorup para petinggi-petinggi negara. Nilainya akan membuat kita tercengang. Mestinya nasib Bapak Kepala Sekolah bisa lebih baik. Bapak/Ibu petinggi-petinggi..tidak akan menunggu sampai Indonesia hancur dulu khan? *suara akar rumput

No comments:

Post a Comment